Selasa, 25 Desember 2012

Upacara Nyadran di Makam Panembahan Bodho ( makam sewu), Bantul, Yogyakarta


Upacara   Nyadran makam sewu

upacara nyadran tiap ruwah dimakam sewu bantul



GELAR PANEMBAHAN BODHO ORA ATEGES BODHO TANPA NGELMU, ANANGING PINTER 
RUMONGSO KANTHI ANDAP ASOR, TANPA PAMRIH BONDHO  LAN PANGUWOSO                            




kompleks Makam Panembahan bodho  (makam sewu ) pandak bantul
gapura makam sewu pandak bantul yang ada diatas bukit (utara gapura)  adalah makam umum


kompleks yang ada dibawah bukit dan ada cungkupnya (barat gapura ) adalah kompleks makam panembahan bodho dan kyai kyai penyebar agana islam lainnya karenanya untuk memasuki kompleks makam ini tidak perlu menggunakan kemben untuk menegakkan syariat islam yaitu untuk menutup aurat


 Upacara Nyadran yang dilakukan oleh masyarakat Wijirejo merupakan upacara untuk menghormati para leluhur yang telah meninggal terutama kepada Panembahan Bodo .
Panembahan Bodo oleh masyarakat dianggap sebagai cikal bakal mereka sehingga sangat dihormati. Panembahan Bodo menurut cerita yang beredar di masyarakat merupakan tokoh keturunan bangsawan Majapahit , beliau merupakan cicit Prabu Brawijaya V .Raden Trenggono merupakan putra Raden Kusen , seorang adipati Terung . Raden Kusen putra Raden Aryo Damar dengan Dorowati seorang putri cina yang cantik jelita , sedang Raden Aryo Damar merupakan putra Prabu Brawijaya V , Raja Majapahit.

makam panembahan bodho

suasana didalam cungkup panembahan bodho
 

juru kunci makam sewu,pak wahono

 Diceritakan pada suatu hari Raden Trenggono mendapat sindiran dari kerabatnya agar ia segera mempersiapkan diri untuk menggayuh kemuliaan dan keluhuran untuk mencapai kaswargan . Ada pula yang memberikan nasehat seperti diatas secara terang - terangan .Pada suatu hari Raden Trenggono berjalan menelusuri sungai hingga sampailah pada sebuah hutan wijen dan bertemu dengan seorang yang gagah dan tampan. Melihat sosok orang tersebut Raden Trenggono timbullah keinginannya agar dapat menatap dan berbicara dengannya , namun karena begitu saktinya orang tersebut menyelinap dan menghilang dari pandangan Raden Trenggono ,orang tersebut tidak lain adalah Sunan Qadle atau Sunan Kalijaga. Karena Raden Trenggono berkeinginan mempunyai kesaktian dan ilmu seperti Sunan Kalijaga , maka ia mengabdi kepada Ki Ageng Gribig di Temanggung . Di Temanggung Raden Trenggono semakin tinggi tekadnya untuk mempelajari dan mendalami ilmu agama Islam. Akhirnya ia diambil menantu oleh Ki Ageng Gribig dan mendapat tugas untuk menyiarkan agama Islam .
Asal mula sebutan KI Bodho, pada awal perjuangan syiar agama, pada waktu itu di pulau jawa baru mengalami ancaman penjajahan portugis, sehingga beredar kabar akan ada penyerangan lewat pantai selatan. Bagi Raden Trenggono penyerangan diawali dengan suara  gemuruh (jlegur-jlegur) dari sura meriam,dimana sebenarnya suara utu adalah suara ombak laut di pantai selatan. Keadaan  tersebut memaksa Raden trenggono untuk bersiap-siap menghadapi serangan portugis sehingga kemudian membangun pos penjagaan di wilayah pantai selatan.Pada saat itu, Sunan kalijaga datang di nanggulan, sehingga mengetahui apa yang dikerjakan Raden Trenggono. Sunan Kalijaga memahami bahwa ternyata Raden Trenggono masih Bodho dan kurang berpengalaman. Oleh karena kebodohannya itu  Raden Trenggono mempunyai sebutan KI BODHO
Pada awal kekuasaan panembahan senopati, Kerajaan mataram masih bersengketa dengan sultan pajang. Sultan Pajang berkeinginan untuk menarik kembali apa yang telah di tetapkan sebelumnya dengan ki ageng pamanahan tentang tanah untuk mataram. Dari keinginannya itu  Sultan pajang berupaya untuk senantiasa meningkatkan kemampuan dan kesaktiannya untuk merebut kembali tanah Pajang yang telah dikuasai mataram.Sultan Pajang mengetahui sejarah eyang Raden Trenggono (Adipati Terung I) dimana mempunyai kesaktian yang luar biasa dan Sultan pajang berpikir kesaktian itu telah diwarisi oleh cucunya yaitu raden Trenggono. Berangkat dari pemikiran itu maka sultan pajang ingin berguru  dan mewarisi kesaktian Raden Trenggono tersebut dengan menjajikan hadiah yang menarik , namun Raden trenggono ingat dan menjunjung tinggi wasiat “ Tobat Turun pitu” dari eyangnya yaitu menghindari dan tidak ikut campur dalam perebutan kekuasaan atau urusan politik dengan sikap “tumbak waru ora melu-melu”, maka permohonan sultan pajang tidak dapat dipenuhi. Dengan sangat kecewa Sultan pajang pulang tanpa membawa hasil dari keinginannya. Kepulangann sultan pajang yang kecewa tersebut senantiasa sambil bergumam bahwa raden trenggono itu  KYAI Bodho
 Di masa akhir hayat KI BODHO terjadi peralihan kekuasaan dari Terung dan Pajang ke mataram. Panembahan senopati yang mulai berkuasa pada saat itu baru saja menyelesaikan permasalahan dengan ki ageng mangir dimana wilayahnya dekat dengan pijenan. Panembahan Senopati tidak menginginkan adanya pengaruh ki Ageng mangir terhadap Ki Bodho. Dalam usaha panembahan senopati menjaga agar tidak ada pengaruh dari bekas hulubalang ki ageng mangir, serta rasa hormat dan segan beliau terhadap pewaris dan keturunan adipati Terung tersebut,maka Ki Bodho diberi rumah pemukiman di sebelah barat keraton Mataram dan diberi nama kampung BODHON. Disamping itu, akhirnya panembahan senopati memberi penghargaan lain yang lebih tinggi pada KI  Bodho yakni diberi ganti wilayah Terung yang telah di kuasai Mataram, sebuah tanah perdikan  dengan wilayah bekas kekuasan mangir yang letaknya disebelah timur sungai PROGO ke utara sampai kaki gunung merapi. KI BODHO diberi kedudukan sebagai penguasa Tanah perdikan tersebut dan diberi gelar PANEMBAHAN, sehingga lebih dikenal dengan sebutan PANEMBAHAN BODHO
 Akhirnya beliau meninggal dunia dan dimakamkan di Pasarean Sewu atau Makam Sewu  yang letaknya di desa WIJIREJO,PANDAK BANTUL YOGYAKARTA. Di pesarean Makam Sewu, setiap tahun diadakan acara yang telah turun temurun sebagai warisan budaya adiluhung para pendahulu yakni acara “ nyadran Makam sewu” acara ini diadakan para ahli waris dan anak keturunan, sebagai wujud rasa hormat dan baktinya pada Panembahan Bodho


Maksud dan tujuan
Kegiatan upacara ini dimaksudkan untuk mendapat menghormati para leluhur yang sudah meninggal dan mendoakan agar dosa – dosanya diampuni Tuhan sehingga tempat disisinya , disamping itu agar yang ditinggalkan selalu mendapat keselamatan , murah rejeki dan sandang pangan.



Pelaksanaan



Waktu pelaksanaan kegiatan ini dilaksanakan di makam Sewu setelah tanggal 20 ruwah . Upacara Sadranan dilaksanakan sebanyak tiga kali , upacara pertama dilaksanakan pada hari minggu dimulai pukul 20.30 WIB di Los makam Sewu , upacara kedua pada hari senin pukul 08.00 Wib di dalam cungkup Panembahan Bodo , upacara ketiga pada hari senin siang pukul 14.00 WIB yang merupakan puncak acara Sadranan . Kegiatan ini dilaksanakan di Pendopo / Bangsal Panembahan Bodo.



 Pendopo / Bangsal Panembahan bodho




prosesi arak arakan acara puncak nyadran  membawa gunungan nyadran yang berisi bermacam macam hasil bumi




 







     





       



gunungan yang akan didoakan dipendopo/bangsal panembahan bodho yang kemudian diperebutkan oleh masyarakat mirip seperti gunungan lanag digrebek mulud dan grebek besar




Prosesi Upacara
Upacara Nyadran dilakukan tiga tahap yaitu dimulai hari minggu pahing malam , Senin Pon pagi dilanjutkan Senin Pon siang yang merupakan puncak upacara . Pada hari Senin Pon ini dipilih sebagai puncak upacara karena merupakan hari wafatnya Panembahan Bodo. Peserta upacara bukan hanya diikuti oleh warga Wijirejo saja tetapi juga masyarakat luar Wijirejo bahkan dari luar kota.
     


aku menulis tempat ini karena makam mbah buyutku berada dikompleks makam panembahan bodho beliau adalah seorang kyai penghulu. Tempat ini berbeda dengan makam kuno lain dijogja  yang terasa aura mistiknya disini ada sebuah fonomena bahwa makam bukanlah tempat yang dikeramatkan untuk dipuja puja tapi makam adalah tempat untuk mengingatkan kita akan kematian sangat terlihat betapa dekatnya masyarakat dengan makam kadang ada yang tidur disini bila kelelahan ^V^ seperti jiwa panembahan bodho dan kyai kyai penyebar islam lainnya yang dekat dihati rakyat dan tidak membuat jarak like this bgt euy  memang tempatnya silir sejuk buat istirahat. Jadi kalo main kejogja jangan lupa mampir kesini ya nggak serem kok.Dan ada hal yang kebetulan lantai dan jam yang ada dirumahku sama seperti dikompleks makam panembahan bodho  mungkin selera seketerunan mirip .


UTARA

SELATAN


PETA MENUJU MAKAM PANEMBAHAN BODHO/MAKAM SEWU

              Dibelakang kompleks makam panembahan bodho tepatnya ditengah tengah bukit yang digunakan untuk pemakam umum ada pohon yang telah berusia berabad abad batangnya sangat kokoh tiap kemarau daunnya tidak ada tapi kalau musim hujan daunnya rindang. Tempat ini pernah digunakan untuk uji nyali di acara tv penampakan yang ada berbentuk ular, tapi kalo datang kesini jangan berniat liat penampakan ya tapi lihat ciptaan Allah yang berupa pohon yang masih kokok berdiri menembus waktu Subhanallah 

pohon yang telah berusia berabad abad sangat kokoh 

Kamis, 13 Desember 2012

SITUS  WARUNG BOTO (PESANGGRAHAN REJOWINANGUN)
BEKAS PESANGGRAHAN HAMENGKUBUWONO II
SEJAK 1711



                Bila  akan menuju terminal giwangan atau akan kekebun binatang gembiraloka melewati Jalan veteran akan menjumpai sisa-sisa bangunan selintas seperti bangunan rumah biasa yang jadi korban gempa dan pemiliknya tak sanggup memperbaiki, puing puing bangunan berserakan tidak teratur  dibiarkan begitu saja. Bangunan ini akan terlewatkan begitu saja  dan menyangka bahwa bangunan itu merupakan bangunan biasa saja. Tapi, bila dicermati dengan seksama dihalaman depan ada papan nama yang cukup jelas mencerminkan apa sebenarnya bangunan ini dan membuat kita ingin memasukinya .papan nama yang bertuliskan situs warung boto pesanggrahan HB II dilindungi UU no.5 tahun 1992.


                    Pesanggrahan Rejowinangun merupakan salah satu pesanggrahan yang dibangun atas perintah Sultan Hamengku Buwono II. Pesanggrahan ini berada di sebelah timur Kraton Yogyakarta yaitu berlokasi di sisi timur dan barat sungai Gajah Wong. Saat ini untuk sisa pesanggrahan sisi timur sungai telah banyak yang hilang, sedangkan di sisa bangunan di sisi barat sungai masih relatif menunjukkan sisa-sisa yang signifikan. Sisa bangunan di sisi barat sungai secara administratif berada di Kalurahan Warung Boto, sehingga peninggalan kekunoan Pesanggrahan Rejowinangun di sisi barat sungai lebih sering disebut Umbul Warung Boto (selanjutnya disebut Situs Warung Boto)


          



Pancuran/umbul ditengah tengah kolam berbentuk bundar disisi barat



PINTU BELAKANG SISI TIMUR

                    Nama pesanggrahan ini setidaknya ditemukan pada dua naskah kesejarahan yakni dalam bentuk babad dan serat Macapatan. Pada serat Sinom tersebut lebih lanjut disebutkan tentang nama pesanggrahan- pesanggrahan yang dibedakan menjadi 2 waktu pembangunannya dengan tanpa menyebut angka tahun, yakni sebelum Sultan Hamengku Buwono II naik tahta dan sesudah naik tahta. 



Pesanggrahan Rejawinangun dan Reja Kusuma dibangun ketika Sultan Hamengku Buwono II masih sebagai putra mahkota (Adipati Anom) sedangkan pesanggrahan Purworejo, Cendhonosari dan Wonocatur didirikan setelah beliau naik tahta sebagai sultan. Dari serat tersebut tidak terungkap bagaimana bentuk bangunan serta cakupan keseluruhan pesanggrahan. Dalam serat Rerenggan tersebut pesanggrahan Rejawinangun hanya disebut sebagai klangenan . Penyebutan klangenan dalam serat tersebut sebagai sebuah (bangunan atau lingkungan binaan) yang ditata dengan menonjolkan keindahan untuk dinikmati Sultan.Keberadaan unsur bangunan yang berintegrasi dengan unsur air sering diidentifikasikan sebagai sebuah taman, yakni merupakan area privat milik sultan dengan ciri tembok keliling yang tinggi. Taman merupakan tempat peristirahatan sultan dan kaum kerabatnya. Hal ini terungkap pula melalui Tijdschriff voor Nederlandsch Indie tahun 1884 tulisan J.F Walrofen van Nes yang mengupas tentang Sultan Hamengku Buwono II dan didalamnya sedikit menyinggung tentang Umbul Warung Boto. Disebutkan dalam tulisannya tersebut bawah Umbul Warung Boto adalah salah satu bangunan hasil karya Sultan Hamengku Buwono II yang berfungsi sebagai bangunan peristirahatan bagi raja dan keluarganya..±Pada waktu masih dimanfaatkan sebagai pesanggrahan milik sultan, pesanggrahan Rejawinangun didirikan pada sisi barat dan timur sungai Gajah Wong dengan memanfatkan undak-undak sungainnya




bagian timur bangunan memiliki 3 jendela dan dibawahnya terdapat kolam berbentuk U


pintu keluar masuk dan tembok yang mengelilingi kolam disisi selatan
   




                                                                                     
Naskah sejarah lain yang menyebutkan tentang keberadaan Pesanggahan Rejawinangun adalah Babad Momana. Dari Babad Momana tersebut dapat diketahui dengan pasti bahwa mulai pembangunan Pesanggrahan Rejawinangun adalah di tahun 1711 tersebut cukup menarik, karena selama ini Pesanggrahan Rejawinangun dikenal sebagai pesanggrahan yang dibangun oleh Sultan Hamengku Buwono II. Padahal pada tahun 1711 (1785 M) Sultan Hamengku Buwono I masih bertahta sebagai sultan Yogyakata. Jadi babad ini secara tidak langsung mempertegas apa yang disebut dalam Serat Rerenggan, yakni Pesanggrahan Rejawinangun dibangun ketika sultan Hamengku Buwana II masih sebagai Adipati Anom Amangkunegara. Catatan Belanda yakni oleh Gubernur Belanda untuk Jawa bagian timur, yakni J. Greeve yang pada kurun waktu tahun 1787 hingga 1791 pernah bekunjung ke Yogyakarta dan pada waktu itu ia bertemu dengan putra mahkota yaitu pangeran Adipati Anom Amangkunegara di Pesanggrahan Rejawinangun. Baru di tahun Je 1718 (1792 M) Pangeran Adipati Anom diangkat menjadi Sultan Hamengku Buwono II menggantikan Hamengku Buwono. kompleks bangunan di sisi barat sungai yang hingga kini masih meninggalkan bukti fisik yang cukup banyak. Bangunan-bangunan di sisi barat sungai atau kini sebagai situs Warung Boto merupakan kompleks bangunan berkamar dengan halaman berteras di sisi barat, dengan kolam-kolam pemandian yang berasal dari sumber mata air tawar (umbul). ya. Antara kompleks bangunan sisi timur dan barat sungai memiliki sumbu imajiner yang membujur timur hingga barat. Sumbu imajiner ini memotong pula aliran sungai Gajah Wong yang mengalir ke selatan. Hingga saat ini tidak diketahui dengan pasti mengenai pemanfataan kompleks bangunan di sisi timur sungai, tetapi hingga tahun 1936 masih jelas terlihat jika kompleks bangunan sisi timur sungai terbagi menjadi 3 kompleks yang membujur utara-selatan dengan pagar keliling serta dihubungkan oleh jalan berpagar selebar 30 meter

Bagian terdepan ini berbentuk bujur sangkar dengan lantai yang terbuat dari bahan semacam semen. Karena terletak di depan, mungkin bagian ini berfungsi sebagai bangsal atau lobby seperti pada banyak bangunan yang ada sekarang. Dari bagian terdepan, bisa dilihat pemandangan seluruh kompleks pesanggrahan.
Di sebelah kiri bagian terdepan terdapat tangga turun yang cukup sempit. Kami langsung bisa menduga bahwa bangunan pesanggrahan ini mulanya terdiri dari dua lantai, seperti bangunan pesanggrahan lainnya yang terdiri dari lantai dasar dan bawah tanah. Untuk menuruninya perlu hati-hati, sebab bagian kanan kirinya tidak memiliki pegangan dan banyak bagian yang telah ditumbuhi lumut sehingga licin.







Di lantai bawah tanah inilah, banyak bagian bangunan yang mempesona bisa dilihat. Bagian yang paling indah adalah areal taman yang dilengkapi dengan dua buah kolam




Bangunan Pesanggrahan Rejawinangun terbagi atas 2 bagian. Bagian pertama terletak di sebelah barat, yakni bangunan yang mengelilingi dua buah kolam. Kolam pertama berbentuk bulat yang berdiameter 4,5 m dan kedalaman 0,5 m. Kolam kedua berbentuk empat persegi panjang dengan panjang 10 m dan kedalaman 0,75 m. Bangunan ini merupakan bangunan bertingkat yang sebagian ruangan yang berada di tingkat atas telah runtuh. Lorong-lorong yang terdapat di bangunan yang mengelilingi kolam memiliki langit-langit berbentuk lengkung. Seluruh bangunan di bagian ini merupakan bangunan bata yang telah menggunakan perekat dan diplester di kedua permukaannya. Bagian kedua terletak di sebelah timur , yakni bangunan kolam berbentuk kolam berbentuk U yang berdinding bata dengan ukuran panjang 6 m, tinggi 3 m dan tebal 60 cm. 

                                      dahulu                                               

  1.                                                              sekarang

       Di bagian utara dan selatan bagian kedua ini masing-masing dijumpai patung manuk beri.Di sebelah utara dan selatan kolam terdapat pintu bertinggi sedang yang cukup lebar. Pintu itu menghubungkan dengan bagian lain ruangan bawah tanah. Di bagian timur kolam akan dijumpai jendela-jendela berjumlah tiga buah, satu berbentuk kotak dan dua lainnya berbentuk lengkung pada bagian atasnya..   Sementara di bagian barat kolam terdapat satu pintu yang bagian atasnya melengkung, menghgubungkan dengan dua pintu lengkung berikutnya yang dilengkapi dengan beberapa anak tangga. Dua pintu terakhir menghubungkan areal taman yang berada di bawah tanah dengan lantai dasar.


RERUNTUHAN BANGUNAN DISISI SELATAN DILUAR KOMPLEKS KOLAM












Kalau kembali ke lantai dasar dan menjelajahi sisi selatan bangunan, akan dijumpai beberapa puing tembok. Kemungkinan, tembok itu merupakan pembatas antar ruang pesanggrahan. Terdapat bagian tembok yang unik, sebab permukaannya tidak halus, mungkin dulu memiliki ornamen. Satu tembok yang masih sangat kokoh berada di bagian paling depan sisi selatan. Pada tembok itu, terdapat beberapa jendela berbentuk persegi. Keberadaan pesanggrahan tersebut mempunyai berbagai nilai penting baik sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Oleh karena itu, keberadaannya dilindungi oleh Undang-undang RI No. 11 Tahun 2010 tentang Cagar Budaya.Semoga situs ini cepat direnovasi.


                                                                          utara

selatan
Peta menuju situs warungboto (Pesanggrahan Rejowinangun)



1 2 3 4 5

Pengikut